Persiku News - Nilai sponsorship Indonesia Super League (ISL) musim depan terancam turun. Kisruh sepak bola nasional menjadi alasan ancaman sponsor kompetisi nomor satu di negeri ini.
Kisruh yang terjadi dalam sepak bola nasional sepanjang musim ini membawa dampak negatif bagi ISL 2010/2011. Sponsor utama berencana menurunkan banderol sponsor ISL 2011/2012.
Mereka menilai, pencitraan kompetisi menukik karena suksesi kepengurusan PSSI yang berlarut-larut. Iklim komersialisasi ISL sempat mengambang efek tiga kali potensi suspend FIFA. Status keanggotaan Indonesia juga terancam dibekukan lagi bila Komite Normalisasi PSSI (KN-PSSI) tetap melegalkan status George Toisutta dan Arifin Panigoro dalam Kongres Pemilihan 20 Mei nanti.
KN-PSSI pun tetap bersikap tegas dengan menganulir vonis banding dua nama tersebut. Namun, kondisi itu mendatangkan dilema baru. Pelaksanaan kongres belum sepenuhnya lancar karena Kelompok 78 (K- 78) mengisyaratkan tetap memaksa dua nama itu masuk daftar pilih.
Perwakilan PT Djarum Fatih Chabanto mengungkapkan, nilai sponsor ISL musim depan turun lantaran kondisi tersebut.
”Secara langsung, kisruh tersebut tidak mengganggu, tapi pencitraan kompetisi turun. Kisruh PSSI berpengaruh negatif terhadap kompetisi. Karut-marut ini juga menimbulkan situasi yang rentan. Nilai kompetisi musim depan idealnya turun,” kata Fatih, kemarin.
Nilai komersialisasi ISL musim ini sebenarnya terkoreksi naik. Jumlah sponsor ISL naik Rp2,5 miliar dari musim lalu sehingga berbanderol Rp40 miliar. Kenaikan tersebut serupa dengan musim pertama ISL yang hanya berlabel Rp35 miliar. Nilai ISL 2008/2009 itu sama seperti Divisi Utama karena harus melewati fase test case. Namun, sponsor utama belum menghitung persentase penurunannya.
”Kami belum hitung persentase penurunannya. Sekarang yang penting ISL kelar Juni. Kami juga harus melihat beberapa parameter tambahan penurunan,” lanjutnya.
Fatih menambahkan, persentase penurunan banderol juga akan dihitung dari jumlah laga yang hilang musim ini. ISL saat ini kehilangan 50 laga atau 16% dari total pertandingan. Imbas mundurnya PSM Makassar, Persibo Bojonegoro,dan Persema Malang.
”Bukan hanya pencitraan, kami juga melihat pengurangan laga itu. Kami berharap pengurus baru tahu sepenuhnya industri sepak bola,” lanjutnya.
Sementara itu, CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono menyatakan, kisruh suksesi di PSSI akan menjadi titik balik aspek komersialisasi kompetisi. Nilai jual ISL musim depan tetap tinggi dan jadi komoditi yang akan diperebutkan.
”Sekarang semua tergantung pelaku sepak bola nasional sendiri, terutama bagaimana mengondisikan organisasi. Tapi, kami optimistis ISL akan melenting setelah situasi ini terlewati. Nilai jual ISL stabil dan sponsor harus bersaing untuk merebut sepak bola Indonesia,” tandasnya. (wahyu argia/sindo)
Kisruh yang terjadi dalam sepak bola nasional sepanjang musim ini membawa dampak negatif bagi ISL 2010/2011. Sponsor utama berencana menurunkan banderol sponsor ISL 2011/2012.
Mereka menilai, pencitraan kompetisi menukik karena suksesi kepengurusan PSSI yang berlarut-larut. Iklim komersialisasi ISL sempat mengambang efek tiga kali potensi suspend FIFA. Status keanggotaan Indonesia juga terancam dibekukan lagi bila Komite Normalisasi PSSI (KN-PSSI) tetap melegalkan status George Toisutta dan Arifin Panigoro dalam Kongres Pemilihan 20 Mei nanti.
KN-PSSI pun tetap bersikap tegas dengan menganulir vonis banding dua nama tersebut. Namun, kondisi itu mendatangkan dilema baru. Pelaksanaan kongres belum sepenuhnya lancar karena Kelompok 78 (K- 78) mengisyaratkan tetap memaksa dua nama itu masuk daftar pilih.
Perwakilan PT Djarum Fatih Chabanto mengungkapkan, nilai sponsor ISL musim depan turun lantaran kondisi tersebut.
”Secara langsung, kisruh tersebut tidak mengganggu, tapi pencitraan kompetisi turun. Kisruh PSSI berpengaruh negatif terhadap kompetisi. Karut-marut ini juga menimbulkan situasi yang rentan. Nilai kompetisi musim depan idealnya turun,” kata Fatih, kemarin.
Nilai komersialisasi ISL musim ini sebenarnya terkoreksi naik. Jumlah sponsor ISL naik Rp2,5 miliar dari musim lalu sehingga berbanderol Rp40 miliar. Kenaikan tersebut serupa dengan musim pertama ISL yang hanya berlabel Rp35 miliar. Nilai ISL 2008/2009 itu sama seperti Divisi Utama karena harus melewati fase test case. Namun, sponsor utama belum menghitung persentase penurunannya.
”Kami belum hitung persentase penurunannya. Sekarang yang penting ISL kelar Juni. Kami juga harus melihat beberapa parameter tambahan penurunan,” lanjutnya.
Fatih menambahkan, persentase penurunan banderol juga akan dihitung dari jumlah laga yang hilang musim ini. ISL saat ini kehilangan 50 laga atau 16% dari total pertandingan. Imbas mundurnya PSM Makassar, Persibo Bojonegoro,dan Persema Malang.
”Bukan hanya pencitraan, kami juga melihat pengurangan laga itu. Kami berharap pengurus baru tahu sepenuhnya industri sepak bola,” lanjutnya.
Sementara itu, CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono menyatakan, kisruh suksesi di PSSI akan menjadi titik balik aspek komersialisasi kompetisi. Nilai jual ISL musim depan tetap tinggi dan jadi komoditi yang akan diperebutkan.
”Sekarang semua tergantung pelaku sepak bola nasional sendiri, terutama bagaimana mengondisikan organisasi. Tapi, kami optimistis ISL akan melenting setelah situasi ini terlewati. Nilai jual ISL stabil dan sponsor harus bersaing untuk merebut sepak bola Indonesia,” tandasnya. (wahyu argia/sindo)
0 komentar:
Post a Comment
Petunjuk Berkomentar :
-> Pilih Name/URL
-> Isi dengan Nama anda
-> Kosongkan URLnya jika tidak punya
-> Atau isi URLnya dengan alamat FaceBook anda
-> Isi komentar anda
-> Lalu tekan Postkan Komentar