Persiku News - Indonesia sangat bersyukur punya Papua. Selain kaya akan hasil bumi, Papua juga punya kontribusi besar bagi persepakbolaan nasional. Sederet pemain top asal Papua pernah memperkuat tim nasional, seperti Johanes Auri, Timo Kapisa (Almarhum), Yonas Sawor, Adolf Kabo, dan Rully Nere.
Di era sekarang, Papua juga mengentaskan sederet nama-nama beken. Boaz Solossa, Imanuel Wanggai, dan Titus Bonai. Boaz, kita tahu, merupakan salah satu penyerang timnas senior nan cemerlang. Sedangkan Imanuel dan Tibo adalah 'roh' timnas u-23.
Tak ada yang menyangsikan talenta-talenta asal Papua, dan sejarah sudah membuktikannya. Seperti alamnya yang subur dan permai, Papua tak pernah jemu menghasilan taruna-taruna berbakat. "Anak-anak Papua punya bakat alam yang luar biasa," kata Jacksen F Tiago, pelatih Persipura.
Jacksen tentu saja tak asal ucap. Sebagai pelatih, mata dan hati Jacksen tak bisa dibohongi. Terbukti, dengan sederet pemain asli Papua, pelatih asal Brasil sudah dua kali mengantarkan Persipura juara Djarum ISL. Pertama musim 2008/2099, dan kedua musim 2010/2011. Asal tahu saja, belum ada tim lain seperti Persipura. Mereka merupakan tim satu-satunya yang sudah dua kali merengkuh juara, sejak Djarum ISL diluncurkan pertama kali tahun 2007.
Kini, Jacksen dan pasukannya tengah membidik prstasi yang tak kalah penting: juara Piala AFC 2011. Tak gampang memang, mengingat tim-tim yang dihadapi adalah tim terbaik di kawasan Asia. Namun, dengan berhasilnya Papua melangkah ke babak delapan besar, kian melecut elan Boaz Solossa dan kawan-kawan untuk terus melangkah sampai ke babak final.
Papua, tentu saja, tak melulu soal Persipura. Persiwa Wamena, Persidafon Dafonsoro, Raja Ampat, dan Persemi Mimika adalah bagian lain yang tak terpisahkan dari Papua. Semuanya saling melengkapi. Di Wamena, Dafonsoro, Mimika, dan Raja Ampat, dijejali pemain-pemain muda berbakat.
"Talenta di Papua tak hanya ada di Persipura," kata Gustaf Puy, pelatih Persemi Mimika.
Menurut Gustaf Puy, alangkah mantapnya jika pemerintah, baik pusat terlebih daerah, melakukan pembinaan dengan manajemen yang baik. Selama ini, pemain-pemain asal Papua timbul tenggelam dan hilang begitu saja karena tak didukung manajemen yang baik. "Selama ini tak berkembang, lantaran tak didukung manajemen yang baik," kata Gustaf Pay.
Diakui Gustaf Pay, sukses Persipura menjadi yang terbaik di pentas Djarum ISL dan lolos ke babak delapan besar Piala AFC membangkitkan semangat pemain-pemain Papua lainnya untuk berprestasi. "Kami jadi semakin termotivasi," tegas Gustaf Pay.
Hanya saja, imbuh Gustaf Pay, tim-tim lain tak didukung manajemen laiknya manajemen Persipura. "Kami harus mencontoh manajemen Persipura," imbuh mantan pemain Persipura era 1990-an.
Baiklah kita merenungi kata-kata Gustaf Pay. Pemerintah harus segera turun tangan. Prestasi gemilang yang diukir Jacksen dan pasukannya sebaiknya dijadikan momen untuk membenahi manajemen tim-tim yang ada di Papua. Sangat disayangkan, jika bakat-bakat yang ada kini hilang begitu saja.
Sepak bola modern, apa pun alasannya, tak lepas dari dukungan manajemen yang baik. Tak ada salahnya jika Pemerintah Daerah (Pemda) yang tersebar di Papua mencontoh klub-klub sepak bola dunia, katakanlah seperti Manchester United, Real Madrid, Barcelona, dan Arsenal. Tim-tim ini sukses lantaran didukung manajemen yang baik.
Untuk perubahan, tak ada kata terlambat. Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali? Ayo Papua!
Di era sekarang, Papua juga mengentaskan sederet nama-nama beken. Boaz Solossa, Imanuel Wanggai, dan Titus Bonai. Boaz, kita tahu, merupakan salah satu penyerang timnas senior nan cemerlang. Sedangkan Imanuel dan Tibo adalah 'roh' timnas u-23.
Tak ada yang menyangsikan talenta-talenta asal Papua, dan sejarah sudah membuktikannya. Seperti alamnya yang subur dan permai, Papua tak pernah jemu menghasilan taruna-taruna berbakat. "Anak-anak Papua punya bakat alam yang luar biasa," kata Jacksen F Tiago, pelatih Persipura.
Jacksen tentu saja tak asal ucap. Sebagai pelatih, mata dan hati Jacksen tak bisa dibohongi. Terbukti, dengan sederet pemain asli Papua, pelatih asal Brasil sudah dua kali mengantarkan Persipura juara Djarum ISL. Pertama musim 2008/2099, dan kedua musim 2010/2011. Asal tahu saja, belum ada tim lain seperti Persipura. Mereka merupakan tim satu-satunya yang sudah dua kali merengkuh juara, sejak Djarum ISL diluncurkan pertama kali tahun 2007.
Kini, Jacksen dan pasukannya tengah membidik prstasi yang tak kalah penting: juara Piala AFC 2011. Tak gampang memang, mengingat tim-tim yang dihadapi adalah tim terbaik di kawasan Asia. Namun, dengan berhasilnya Papua melangkah ke babak delapan besar, kian melecut elan Boaz Solossa dan kawan-kawan untuk terus melangkah sampai ke babak final.
Papua, tentu saja, tak melulu soal Persipura. Persiwa Wamena, Persidafon Dafonsoro, Raja Ampat, dan Persemi Mimika adalah bagian lain yang tak terpisahkan dari Papua. Semuanya saling melengkapi. Di Wamena, Dafonsoro, Mimika, dan Raja Ampat, dijejali pemain-pemain muda berbakat.
"Talenta di Papua tak hanya ada di Persipura," kata Gustaf Puy, pelatih Persemi Mimika.
Menurut Gustaf Puy, alangkah mantapnya jika pemerintah, baik pusat terlebih daerah, melakukan pembinaan dengan manajemen yang baik. Selama ini, pemain-pemain asal Papua timbul tenggelam dan hilang begitu saja karena tak didukung manajemen yang baik. "Selama ini tak berkembang, lantaran tak didukung manajemen yang baik," kata Gustaf Pay.
Diakui Gustaf Pay, sukses Persipura menjadi yang terbaik di pentas Djarum ISL dan lolos ke babak delapan besar Piala AFC membangkitkan semangat pemain-pemain Papua lainnya untuk berprestasi. "Kami jadi semakin termotivasi," tegas Gustaf Pay.
Hanya saja, imbuh Gustaf Pay, tim-tim lain tak didukung manajemen laiknya manajemen Persipura. "Kami harus mencontoh manajemen Persipura," imbuh mantan pemain Persipura era 1990-an.
Baiklah kita merenungi kata-kata Gustaf Pay. Pemerintah harus segera turun tangan. Prestasi gemilang yang diukir Jacksen dan pasukannya sebaiknya dijadikan momen untuk membenahi manajemen tim-tim yang ada di Papua. Sangat disayangkan, jika bakat-bakat yang ada kini hilang begitu saja.
Sepak bola modern, apa pun alasannya, tak lepas dari dukungan manajemen yang baik. Tak ada salahnya jika Pemerintah Daerah (Pemda) yang tersebar di Papua mencontoh klub-klub sepak bola dunia, katakanlah seperti Manchester United, Real Madrid, Barcelona, dan Arsenal. Tim-tim ini sukses lantaran didukung manajemen yang baik.
Untuk perubahan, tak ada kata terlambat. Bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali? Ayo Papua!
(Super Soccer)
0 komentar:
Post a Comment
Petunjuk Berkomentar :
-> Pilih Name/URL
-> Isi dengan Nama anda
-> Kosongkan URLnya jika tidak punya
-> Atau isi URLnya dengan alamat FaceBook anda
-> Isi komentar anda
-> Lalu tekan Postkan Komentar